6 Kalsium. Logam ini berwarna putih keperak-perakan, sifatnya yang mudah dibentuk sesuai dengan tempat ditemukannya, yaitu di dalam batu kapur. Dalam makhluk hidup juga terdapat logam yang satu ini, salah satunya di tulang gigi hewan. Pemanfaatan logam ini biasanya untuk membuat simen dan baja berkualiti tinggi. 7.
Macam warna emas FotoTagar/Pexels Jakarta - Investasi emas merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki keuntungan dengan risiko yang rendah. Namun, emas merupakan investasi jangka panjang yang keuntungannya baru bisa dirasakan setelah lebih dari lima atau sepuluh tahun. Tak hanya berlaku pada emas batangan, emas perhiasan pun juga bisa kamu jadikan instrumen investasi yang menjanjikan keuntungannya tidak sebesar emas batangan, emas perhiasan masih tetap saja menjadi primadona terutama untuk para wanita. Selain sebagai investasi, emas perhiasan juga bisa dijadikan perhiasan untuk menunjang penampilan seseorang. Sayangnya, gak sedikit orang yang hanya tahu warna emas perhiasan itu kuning dan putih. Padahal, setidaknya ada sembilan warna emas perhiasan disetiap warnanya yang berbeda, beda pula harga yang dimiliki. Return-nya sebagai investasi tentu saja juga berbeda. Nah, berikut ini adalah sembilan warna emas yang perlu banget kamu ketahui nih sebelum terjun untuk investasi emas. Yuk, simak di bawah ini1. Emas KuningEmas kuning adalah salah satu warna emas yang paling banyak digunakan. Untuk membuat campuran logam ini, emas murni akan dicampur dengan perak murni dengan perbandingan tertentu. Jadi, emas kuning sering menjadi pilihan banyak orang untuk investasi Emas PutihEmas putih juga menjadi primadona bagi beberapa orang terutama sebagai perhiasan. Logam yang kuat dengan warna keperakan ini terbuat dari emas murni, timah sari, perak murni, dan Emas MerahWarna logam ini adalah merah muda atau lebih dikenal dengan rosegold. Untuk mendapatkan warna ini, emas murni akan dicampur dengan tembaga. Warna emas merah juga umumnya banyak digunakan sebagai perhiasan. Selain itu, karena warnanya yang unik membuat emas ini memiliki harga yang cukup mahal per Emas HijauEmas hijau? Batu akik? Eitss, tentu bukan. Emas hijau ini merupakan campuran antara emas murni 24 karat dengan perak murni, kadmium, dan tembaga. Campuran beberapa logam itu dapat menghasilkan warna hijau yang cantik sehingga cocok untuk Emas BiruSeperti halnya emas hijau, produk ini juga bukan batuan mahal yang dibentuk menjadi aksesori. Emas biru terbuat hanya dari dua campuran logam saja, pertama adalah logam besi murni dan yang kedua adalah emas murni itu Emas JinggaEmas jingga itu terbuat dari campuran emas murni, perak murni, dan tembaga. Nah, besar atau kecilnya campuran antara perak murni dan tembaga ternyata dapat menentukan warna jingga dari emas yang dihasilkan. Jadi, kalau perak murni semakin sedikit warna jingga semakin kuat begitu pun Emas Abu-abuEmas abu-abu sedikit berbeda dengan emas putih meski secara warna hampir sama. Kalau emas putih lebih mengkilap, sedangkan emas abu-abu tidak. Untuk membuat emas ini diperlukan emas murni, tembaga, dan Emas UnguUntuk membuat emas ungu dibutuhkan emas murni dan aluminium. Campuran ini akan menghasilkan warna ungu keemasan yang cantik sehingga produk olahan ini selalu dicari oleh Emas CokelatEmas cokelat memiliki warna yang cantik sehingga kerap dijadikan perhiasan seperti anting atau kalung. Untuk membuat campuran logam ini diperlukan emas murni, paladium, dan perak itu dia Sembilan jenis warna emas yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk investasi. Tidak hanya berwarna putih dan kuning, Emas memiliki warna yang beragam. Dengan mempelajari ragam emas, kamu jadi tahu seberapa cocok mereka untuk dijadikan investasi. Jadi, warna emas mana yang kamu miliki?[]Fiona RenatamiBaca JugaPajak Penjualan Emas Batangan yang Harus Investor Tahu3 Kerugian Menjadikan Emas Perhiasan Sebagai InvestasiHarga Emas Antam Hari Ini 7 Januari 2022, Merosot Rp 7000!Wajib Tahu! Ini 10 Aplikasi Jual Beli Emas Online
Logamjenis ini antara lain Ruthenium, Rhodium, Palladium, Silver (perak), Osmium, Iridium, Platinum (platina), dan gold (emas) Akan tetapi dari daftar noble metal tersebut, ada 3 logam yang paling populer yaitu emas, perak dan platina, karena alasan sbb : Tersedia di seluruh dunia, tetapi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, bila terlalu
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID qqTmAhzDb3Tvja0OUuuz-SKZg5W1WYE2JK_D-lFHlezT2N9ZQuCN7w== Emasmerupakan jenis alloy yang mana 75% nya berasal dari emas murni. Unsur lain yang dapat dicampurkan adalah nikel, seng atau bahkan tembaga. Sifat alloy mempertahankan warna dan kilauan emas murni. Selain itu, sifatnya akan jauh lebih keras dan kuat. 5. Perak Perpaduan antara tembaga dan logam lainnya mampu menghasilkan sebuah alloy berupa
ArticlePDF Available AbstractWhen India culture introduce to Indonesia Archipelago, some changes were happen in its native culture. One of India influence was its religion Hinduism and Buddhism. Both religion then resemblance in material culture such as sacred building temple, rites utensils statue, bell, monk stick finial, etc., or inscription. One of its material source to made those things is bronze. When Indian culture was introduced, the natives weren’t take it for granted adopt Indian concept for producing bronze things. By XRF analysis, known that bronze artifacts from Northern Sumatra and Java aren’t adopt concept from India traditions astadhatu and pancaloha. Indian influence on bronze artifacts from Northern Sumatra and Java can see on fullfilness of religion concept, especially on statues. It seen on the choosing of special metals as dominan elements for bronze statue construction. This study reveals some of similarities and diverences in construction elements between Northern Sumatra and Java bronze artifacts. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Berkala Arkeologi Edisi 2012 151 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN UNSUR LOGAM BENDA-BENDA PERUNGGU SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN BENDA-BENDA PERUNGGU JAWA TENGAH Antara Kemandirian Teknis dan Pemenuhan Konsep SIMILARITIES AND DIFFERENCES ON METAL ATTRIBUTE OF BRONZE ARTIFACTS FROM NORTHERN SUMATERA AND CENTRAL JAVA Between Technical Autonomy and Conceptual Completion Ery Soedewo Balai Arkeologi Medan ABSTRACT When India culture introduce to Indonesia Archipelago, some changes were happen in its native culture. One of India influence was its religion Hinduism and Buddhism. Both religion then resemblance in material culture such as sacred building temple, rites utensils statue, bell, monk stick finial, etc., or inscription. One of its material source to made those things is bronze. When Indian culture was introduced, the natives weren’t take it for granted adopt Indian concept for producing bronze things. By XRF analysis, known that bronze artifacts from Northern Sumatra and Java aren’t adopt concept from India traditions astadhatu and pancaloha. Indian influence on bronze artifacts from Northern Sumatra and Java can see on fullfilness of religion concept, especially on statues. It seen on the choosing of special metals as dominan elements for bronze statue construction. This study reveals some of similarities and diverences in construction elements between Northern Sumatra and Java bronze artifacts. Keywords Bronze, Northern Sumatera, Java, Comparation ABSTRAK Kebudayaan India Hindu-Buddha masuk ke Nusantara membawa sejumlah perubahan dalam kebudayaan penghuni kepulauan tersebut. Salah satu unsur budaya yang terpengaruh adalah konsep-konsep religi yang berasal dari agama Hindu dan Buddha. Unsur religi tersebut diwujudkan dalam bentuk-bentuk seperti bangunan sakral candi, alat-alat upacara arca, genta, khakhara dll, maupun pertulisan prasasti dan naskah. Salah satu bahan pembentuk hasil budaya material itu adalah logam, yang salah satu jenisnya adalah perunggu. Ketika kebudayaan India masuk ke kawasan kepulauan, para penghuni Nusantara tidak serta-merta mengadopsi konsep pembuatan benda-benda perunggu dari India. Melalui analisis XRF X Ray Fluorescence terhadap benda-benda perunggu dari masa pengaruh kebudayaan India di Pulau Jawa dan Sumatera bagian utara diketahui, bahwa tidak satupun artefak perunggu dari kedua pulau itu yang unsur penyusunnya berpedoman pada kaidah dari India utara maupun selatan yang dikenal sebagai astadhatu dan pancaloha. Penerapan pengaruh dari India terlihat pada upaya pemenuhan konsep religi yang melatarbelakangi ujud dari objek perunggu yang dibuat, khususnya yang berupa arca. Hal itu terlihat pada pemilihan jenis logam tertentu sebagai unsur dominan penyusun arca perunggu. Hal lain yang berhasil diungkap adalah sejumlah persamaan dan perbedaan unsur-unsur penyusun antara artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Kata kunci Perunggu, Sumatera Bagian Utara, Jawa, Perbandingan 152 Berkala Arkeologi Edisi 2012 PENDAHULUAN Sebelum masuknya kebudayaan India Hindu-Buddha di Kepulauan Nusantara, menurut Brandes 188925-26 dalam Nastiti,1993269 dan 276; Haryono,1993 b28 manusia penghuni kepulauan ini telah memiliki sepuluh unsur kebudayaan asli yakni wayang, gamelan, ilmu irama sajak, batik, pengerjaan logam, mata uang, ilmu pelayaran, astronomi, pertanian sawah, dan sistem pemerintahan yang teratur. Bukti kemampuan nenek moyang penghuni Kepulauan Nusantara dalam mengolah logam sebelum masuknya ide-ide dari India ditemukan hampir di seluruh daerah yang kini disebut sebagai Indonesia, mulai dari Pulau Sumatera hingga Papua. Wujud hasil budaya logam prasejarah itu antara lain adalah nekara, kapak perunggu, gelang perunggu, patung perunggu, mata tombak besi, parang besi, dan lain-lain. Ketika kebudayaan India Hindu-Buddha masuk ke Kepulauan Nusantara, ragam hasil produksi benda-benda logam semakin beraneka, antara lain berupa arca, genta, pelita, ujung khakara tongkat biksu, talam, dan lain-lain. Walaupun belum pernah dianalisis lebih mendalam jenis logam apakah yang paling jamak ditemukan di Indonesia dari masa Hindu-Buddha. Bolehlah dikatakan bahwa perunggu adalah jenis logam yang terbanyak dipakai sebagai materi penyusun berbagai benda dari masa Hindu-Buddha yang masih dapat dilihat keberadaannya entah di museum maupun koleksi pribadi. Popularitas perunggu sebagai jenis logam yang banyak dipakai untuk pembuatan beragam benda logam dari masa Hindu-Buddha, tidak terlepas dari kemudahan untuk memperoleh bahan baku sekaligus proses pengolahannya. Perunggu merupakan logam alloy yang pada intinya dibuat dari campuran 2 jenis logam yakni tembaga Cu dengan timah, baik timah putih Sn maupun timah hitam/timbal Pb. Selain kedua campuran pokok tersebut, agar perunggu lebih berat dan kuat biasanya ditambahkan jenis logam lain, antara lain seng Zn. Digunakannya seng sebagai logam campuran dalam pembuatan perunggu, menghasilkan benda yang lebih keras, lebih kuat, warna yang lebih indah, dan yang terutama adalah tingkat fluiditasnya keadaan cair lebih baik, sehingga logam lebih mudah dicetak menjadi bentuk-bentuk yang dikehendaki oleh si pembuat Haryono,1985617 dalam Triwurjani,1993103. Berkenaan dengan bahan penyusun arca perunggu, di India dikenal adanya dua tradisi yakni astadhatu dan pancaloha. Konsep astadhatu yang berkembang di India utara adalah konsep pembuatan benda perunggu yang tersusun dari campuran 8 unsur, terdiri dari emas, tembaga, timah, perak, kuningan, timah hitam timbal, besi, dan air raksa. Sementara di India bagian selatan berlaku konsep pancaloha yang terdiri dari campuran 5 unsur logam, yakni emas, tembaga, timah, perak, dan kuningan. Mungkin karena faktor ekonomis, terkadang emas dan perak diganti dengan campuran 10 bagian tembaga, separuh bagian kuningan, dan seperempat bagian timah putih Sivaramurti, 1981 dalam Haryono, 1993 b 12. Secara sederhana hal tersebut dapat diartikan bahwa benda-benda perunggu di Indonesia yang berasal dari masa pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha, tentunya juga akan menunjukkan kesamaan unsur entah yang didasarkan pada konsep astadhatu atau yang pancaloha. Namun, disertasi Timbul Haryono 1993 menunjukkan hal sebaliknya, bahwa benda-benda perunggu yang ditemukan di Pulau Jawa dari masa Hindu-Buddha tidak satupun yang menerapkan konsep dari India tersebut astaloha dan pancaloha. Berdasarkan hasil analisis unsur terhadap benda-benda perunggu Jawa Kuna, diketahui bahwa benda-benda perunggu tersebut dibuat dari 3 unsur logam sebagai unsur utamanya yakni tembaga, seng, dan timah. Hanya beberapa artefak yang memiliki kandungan logam lain besi selain ketiga logam tersebut, itupun kemungkinan besar tidak secara sengaja ditambahkan. Menunjuk pada 3 tiga bahan utama tersebut, maka dapat dikatakan perunggu Jawa Kuna termasuk dalam kategori ternary alloys, yaitu perunggu yang dibuat dari tiga unsur logam Hodges,197669 dalam Haryono,1993136. Hal demikian berarti para pandai logam Jawa Kuna mengembangkan teknik pembuatan benda-benda perunggu sendiri, yang diperoleh secara turun temurun dari masa sebelum masuknya pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha. Berkala Arkeologi Edisi 2012 153 Oleh Quaritch Wales 1951 dalam Haryono 1993 b 7 kepandaian yang dimiliki dan diperoleh dari pengalaman di masa lampau itu disebut sebagai local genius. Menurut Quaritch Wales masuknya pengaruh kebudayaan India di kawasan Asia Tenggara sedikit banyak telah membawa perubahan kebudayaan di kawasan tersebut, yang dampaknya berbeda-beda antara satu dari yang lain, sehingga secara budaya batas-batas pengindiaan ―Greater India‖ kawasan ini dapat dibagi menjadi dua zona, yakni 1. zona barat yang meliputi Srilangka, Birma, Siam, Malaya, dan Sumatera. Di zona ini akulturasi terjadi secara ekstrem sehingga local genius-nya mati. Hasil kesenian di kawasan tersebut adalah refleksi atau tiruan dari kesenian India. 2. zona timur meliputi Jawa, Kamboja, dan Campa. Di zona ini local genius-nya cukup menonjol. Pendapat Quaritch Wales tersebut, sepertinya mendekati kebenaran ketika hasil penelitian Timbul Haryono 1993 menunjukkan bahwa para pandai logam Jawa menggunakan local genius mereka, baik dari segi teknik maupun formulanya yang berbeda dari konsep India untuk pembuatan benda-benda perunggu. Selain di Pulau Jawa, kebudayaan Hindu-Buddha juga pernah eksis di Pulau Sumatera. Jejak kehadirannya hingga kini masih dapat dilihat pada sejumlah tradisi masyarakatnya maupun dari sejumlah artefak yang ditinggalkan. Salah satu artefak dari masa Hindu-Buddha di Pulau Sumatera yang juga ditemukan di Pulau Jawa adalah benda-benda berbahan perunggu. Ketidaksamaan antara penyusun benda-benda perunggu yang didasarkan atas konsep dari India dengan unsur benda-benda perunggu yang berasal dari Jawa Kuna sudah terbukti. Lalu bagaimana dengan benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara pada masa pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha, adakah benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara memiliki kesamaan unsur sebagaimana benda-benda perunggu dari Jawa Kuna ? ataukah sebaliknya, justru para pandai logam Sumatera bagian utara pada masa lalu mengadopsi konsep pencampuran logam India astadhatu atau pancaloha ? atau para pandai logam Sumatera bagian utara pada masa lalu mengembangkan teknik pencampuran sendiri yang berbeda dari India maupun Jawa ? METODE PENELITIAN Data yang dianalisis dalam kajian ini merupakan artefak-artefak perunggu yang diperoleh dari hasil ekskavasi oleh Balai Arkeologi Medan dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar, maupun penyerahan anggota masyarakat kepada Balai Arkeologi Medan dan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Selain itu juga dimanfaatkan data sejenis hasil analisis artefak-artefak perunggu dari Jawa Tengah dan Yogyakarta yang merupakan hasil penelitian Timbul Haryono untuk disertasinya 1993. Untuk mengetahui kandungan unsur-unsur penyusun artefak-artefak perunggu tersebut, dilakukan analisis laboratoris yang sifatnya kualitatif. Metode analisis laboratoris memanfaatkan Sinar X, khususnya XRF X Ray Fluorescence yang dilakukan oleh Laboratorium Teknik Bahan, Badan Tenaga Nuklir Nasional BATAN Yogyakarta. Sampel-sampel yang dianalisis di BATAN menggunakan XRF adalah artefak-artefak perunggu yang berasal dari sebagian wilayah kerja Balai Arkeologi Medan yang meliputi Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Di kedua wilayah provinsi tersebut, terdapat beberapa situs yang berasal dari masa pengaruh kebudayaan India Hindu-Buddha seperti situs Padang Lawas dan situs Simangambat yang berada di Sumatera Utara, sedangkan yang berada di Sumatera Barat antara lain situs Pulau Sawah dan Koto Rao. Hasil analisis XRF tersebut kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat sampel artefak perunggu yang dianalisis serta persentase kandungan masing-masing unsur penyusunnya. Besaran persentase unsur-unsur penyusun objek analisis kemudian dilihat unsur logam yang dominan maupun pendukung. Pengetahuan akan unsur dominan maupun pendukung itu merupakan pijakan awal untuk mengetahui latar 154 Berkala Arkeologi Edisi 2012 belakang atau alasan dipilihnya jenis logam tertentu sebagai unsur utama/dominan. Untuk mengetahui latar belakang pemilihan jenis logam tertentu sebagai unsur dominan, diungkap lewat penelusuran sumber-sumber tertulis terkait landasan konsep simboliknya. DATA DAN HASIL ANALISIS Sepotong benda perunggu berukuran panjang 9 cm, lebar 3,8 cm, tebal 0,8 cm - 1,1 cm ditemukan di situs Candi Bara, Padang Lawas Sumatera Utara saat dilakukan ekskavasi tahap IV pada tahun 1997 Foto 1. Belum dapat dipastikan potongan benda apakah ini, namun dilihat dari morfologinya yang ditandai oleh adanya lubang melingkar di salah satu sisinya, besar kemungkinan ini adalah fragmen gantungan genta atau pelita. Pecahan-pecahan benda perunggu ditemukan di situs Candi Simangambat tepatnya di sisi utara susunan batu yang diperkirakan sebagai candi perwara. Benda -yang jika utuh- ini berdiameter maksimal 8,5 cm; tebal 0,1 cm; sebagian permukaannya dilapisi patina; dihiasi 3 garis sejajar horisontal di salah satu permukaannya Foto 2. Kemungkinan fungsinya adalah tutup suatu wadah atau fragmen chatra pada arca. Sebentuk benda perunggu pipih panjang yang ditemukan oleh satu tim penelitian dari Balai Arkeologi Medan di situs Biara Bara, Padang Lawas adalah bagian dari pilar relung prabha. Benda setinggi 57 cm, lebar 7 cm pilar dan 12 cm patung singa ini seluruh permukaannya telah dilapisi patina foto 3. Arca Dhyani Buddha Vairocana temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Bahal III setinggi 8,5 cm dan lebar 6,7 cm foto 4. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini merupakan koleksi Balai Arkeologi Medan Setianingsih,200196. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Tandihat setinggi 8 cm dan lebar 4 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Foto 1. Foto 2. Dok. Penulis Dok. penulis Foto 3. Foto 4. Foto 5. Dok. Penulis Dok. Penulis Dok. Penulis Berkala Arkeologi Edisi 2012 155 Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3478 foto 5. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Boddhisatwa dalam sikap duduk satvaparyaƞkāsana bersila, kaki kanan di atas kaki kiri, duduk di atas padma teratai yang sebagian besar sudah aus, tangan kiri dalam sikap vara/varadamudra memberikan anugerah, mengenakan kelat bahu dan gelang di tangannya Soedewo, 200629. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas tepatnya di sekitar Biara Tandihat setinggi 5 cm dan lebar 8 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3459 foto 6. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Garuda yang menopang sosok dewa yang -sayang sekali- hanya tersisa bagian telapak kakinya saja.Soedewo, 200628-29. Arca temuan anggota masyarakat di situs Padang Lawas setinggi 23 cm dan lebar 11 cm ini merupakan koleksi Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dengan nomor inventaris 3830 foto 7. Arca berbahan perunggu yang hampir seluruh permukaannya dilapisi patina ini menggambarkan sosok Arapacana salah satu perwujudan Boddhisatva Manjusri.Hartini dkk., 200820. Sepotong benda perunggu berukuran panjang 4,7 cm dengan ketebalan 7 mm ditemukan di situs Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat saat dilakukan ekskavasi di sekitar munggu 2 pada tahun 2009 foto 8. Logam yang telah dilapisi patina ini berbentuk silinder melengkung, diperkirakan jika benda ini utuh adalah gelang berdiameter 5,7 cm. Sepotong benda perunggu berukuran panjang 4,7 cm dengan ketebalan 7 mm ditemukan oleh warga masyarakat di situs Bukit Jimbun, Rao, Kabupaten Pasaman Sumatera Barat foto 9. Logam yang telah dilapisi patina ini berbentuk silinder melengkung, diperkirakan jika benda ini utuh adalah gelang berdiameter 5,7 cm. Arca Buddha berukuran tinggi 13 cm, lebar 4 cm, dan tebal 1,2 cm dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat merupakan koleksi Balai Foto 8. Foto 9. Dok. Penulis Dok. penulis Foto 6. Foto 7. Dok. Penulis Dok. penulis 156 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi berdiri, kedua kaki sejajar samabhanga; tangan kiri diangkat setinggi siku, dihiasi juntaian kainnya yang terjulur hingga setrendah paha kirinya, sementara tangan kanannya terjuntai sejajar tubuhnya hingga bagian pinggulnya; bagian kepala dihiasi sanggul rambut usnisa. Arca Dhyani Boddhisatva berlengan delapan berukuran tinggi 15 cm, lebar 6 cm, dan tebal 1,5 cm dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat merupakan koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi berdiri, kedua kaki sejajar samabhanga; tangannya yang sebanyak delapan masing-masing empat di sisi kiri dan empat di sisi kanan. Bagian atas tubuh hanya dihiasi upavita tali kasta, yang terjuntai dari bahu kirinya ke arah pinggang kanannya; bagian bawah tubuh ditutupi semacam kain yang memanjang hingga bagian mata kakinya. Rambut dihiasi mahkota yang disebut sebagai jatamakuta, yakni mahkota yang dibentuk dari jalinan rambutnya sendiri. Arca Ganesha dari situs Candi Pulau Sawah 2, Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat berukuran tinggi 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 5 cm. merupakan koleksi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar hasil ekskavasi tahun 2008. Arca ini digambarkan dalam posisi duduk, kaki kanan terjuntai ke bawah sedangkan kaki kiri bersila ardhaparyankasana; tangannya sebanyak empat masing-masing dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan. Arca ini digambarkan bertubuh manusia dan berkepala gajah. Berikut ini adalah tabel kandungan unsur-unsur penyusun sejumlah benda perunggu yang ditemukan di Sumatera bagian utara maupun yang ditemukan di Pulau 1 Sampel no. 13 – no. 47 terdapat dalam lampiran tabel disertasi Timbul Haryono 1993 Foto 10. Foto 11. Foto 12. Dok. BP3 Batusangkar Dok. BP3 Batusangkar Dok. BP3 Batusangkar Berkala Arkeologi Edisi 2012 157 Arca Vairocana Biara Bahal III Fragmen genta / pelita Biara Bara Arca Boddhisatva Padmapani, Padang Lawas Arca Arapacana, Padang Lawas Arca Garuda, Padang Lawas Fragmen relung prabha, Padang Lawas Fragmen perunggu Candi Simangambat Fragmen gelang Pulau Sawah Arca Boddhisatva Pulau Sawah Fragmen gelang situs Bukit Jimbun 158 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Berkala Arkeologi Edisi 2012 159 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN Jika ditinjau dari unsur penyusun dominannya, artefak-artefak perunggu baik dari Sumatera bagian utara maupun Jawa terdiri dari 2 unsur utama yakni tembaga Cu dan timah putih Sn. Artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur dominannya berupa tembaga Cu adalah arca Vairocana dari Bahal III, arca Garuda dari Padang Lawas, fragmen relung prabha dari Padang Lawas, arca Ganesha dari Pulau Sawah, arca Boddhisatva berlengan delapan dari Pulau Sawah, dan fragmen gelang dari situs Bukit Jimbun. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang unsur penyusun dominannya tembaga Cu adalah mangkuk2, arca Ganesha, talam3, prasasti, arca Buddha, arca Durga, genta4, wadah5, piring6, bokor, rantai, gelang, dan fragmen cawan. Adapun artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur penyusun dominannya timah putih Sn adalah fragmen genta/pelita Biara Bara, arca Boddhisatva Padmapani dari Padang Lawas, arca Arapacana dari Padang Lawas, fragmen benda perunggu dari Candi Simangambat, fragmen gelang dari Pulau Sawah, dan arca Buddha dari Pulau Sawah. Sementara untuk benda-benda perunggu dari Pulau Jawa, yang unsur penyusun dominannya timah putih Sn adalah mangkuk7, tutup periuk, piring8, bokor, dan fragmen jarum. Selain tembaga dan timah sebagai unsur penyusun utama artefak-artefak perunggu tersebut, hasil analisis laboratoris mengungkapkan adanya unsur logam lain yang terdiri dari besi Fe, timbal Pb, seng Zn, perak Ag, dan antimon Sb. Hasil analisis menunjukkan bahwa artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara yang sampelnya sebanyak 12 benda, kesemuanya mengandung besi Fe, dengan prosentase berkisar antara 1,09 % hingga 5,81 %. Sedangkan artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang sampelnya sebanyak 35 benda, hanya 3 benda arca Ganesha, wadah, dan piring yang mengandung besi, dengan prosentase berkisar antara 2,68 % hingga 3,97 %.9 Adapun untuk kandungan unsur timbal Pb, keduabelas artefak perunggu dari Sumatera bagian utara mengandungnya; dengan prosentase berkisar antara 1,22 % hingga 15,90 %. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang mengandung timbal Pb sebanyak 7 objek dari 35 objek, dengan prosentase kandungan berkisar antara 1,32 % hingga 17,43 %.10 Untuk unsur seng Zn pada artefak perunggu dari Sumatera bagian utara, hanya terdapat pada fragmen gelang dari situs Bukit Jimbun. Sementara artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa kandungan sengnya terdapat pada hampir semua objek, kecuali satu yakni gelang11 . Adapun unsur lain yang berupa perak Ag pada artefak-artefak perunggu Sumatera bagian utara, terdapat pada sembilan objek dari duabelas sampel, dengan prosentase kandungan berkisar antara 0,60 % hingga 8,06 %. Sebaliknya, tidak satupun artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa yang mengandung unsur lain berupa perak. Perbedaan mencolok lain antara artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding yang berasal dari Pulau Jawa adalah ketiadaan unsur antimon pada artefak perunggu dari Pulau Jawa, sebaliknya artefak perunggu dari Sumatera bagian utara seluruhnya mengandung antimon, dengan prosentase 0,53 % hingga 2,32 %. 2 Lihat sampel artefak no. 13, 15, 16, dan 17 pada tabel hasil analisis 3 Lihat sampel artefak no. 20,21, 22, 23, dan 24 pada tabel hasil analisis 4 Lihat sampel artefak no. 28, 29, 30, dan 31 pada tabel hasil analisis 5 Lihat sampel artefak no. 32, 33, 34, 35, dan 36 pada tabel hasil analisis 6 Lihat sampel artefak no. 38 dan 39 pada tabel hasil analisis 7 Lihat sampel artefak no. 14 dan 18 pada tabel hasil analisis 8 Lihat sampel artefak no. 40 dan 41 pada tabel hasil analisis 9 Lihat sampel artefak no. 19, 32, 39 pada tabel hasil analisis 10 Lihat sampel artefak no. 13, 28, 29, 31, 45, 46, 47 pada tabel hasil analisis 11 Lihat sampel artefak no. 45 pada tabel hasil analisis 160 Berkala Arkeologi Edisi 2012 Menurut Haryono 1993b, 60 keberadaan unsur logam lain dalam artefak perunggu boleh jadi disebabkan oleh 1. Kesengajaan, ditambahkan karena alasan-alasan teknis 2. Tersertakan, terdapat secara alami pada jenis bijih logam tertentu diistilahkan sebagai impurities Faktor teknis kesengajaan sebagai alasan pencampuran jenis logam tertentu pembentuk perunggu, akan menghasilkan benda-benda dengan karakteristik yang khas. Sebagai logam alloy campuran, perunggu pada intinya dibuat dari campuran 2 jenis logam yakni tembaga Cu dengan timah, baik timah putih Sn maupun timah hitam/timbal Pb Haryono,1985617 dalam Triwuryani,1993103. Beberapa analisis yang pernah dilakukan terhadap artefak perungu di Indonesia menunjukkan adanya campuran timah ataupun timbal dan logam lainnya. Campuran timah yang terlalu banyak pada tembaga jumlah maksimal timah yang dapat dicampurkan ke dalam tembaga sebesar 30 % menjadikan benda logam yang dibentuk hasilnya getas mudah patah dan tidak bisa ditempa, sehingga tidak cocok untuk dibuat sebagai peralatan hidup sehari-hari seperti pisau, parang, dan sebagainya. Campuran dengan banyak kandungan timah menjadikan warna logam yang dihasilkan berwarna putih dan sangat cocok untuk dibuat genta, arca, ataupun perhiasan. Oleh karena itu benda perunggu dengan kandungan timah tinggi ditemukan pada benda perhiasan atau benda-benda pengantar upacara dan tidak dijumpai pada benda untuk kebutuhan teknik. Penambahan timbal pada tembaga, menjadikan cairan logam lebih cair sehingga mudah mengalir. Hal ini membantu dalam pembuatan artefak perunggu dengan unsur artistik lebih dominan, seperti arca, nekara, atau bejana Haryono,1983 dalam Triwurjani,1993105. Dominasi timah putih Sn sebagaimana ditemukan pada fragmen gelang dari situs Pulau Sawah dan fragmen genta/pelita dari Biara candi Bara jelas berkaitan erat dengan bentuk benda yang diinginkan oleh sang pandai logam, yakni sebagai perhiasan -berupa gelang- atau genta. Unsur timah putih yang tinggi, mencapai 69,05 % pada fragmen genta/pelita dari situs Biara Bara dan 78,31 % dari situs Pulau Sawah, memungkinkan dibentuknya benda-benda dengan karakteristik tertentu seperti warnanya yang putih sesuai untuk benda perhiasan sebagaimana fragmen gelang yang ditemukan di situs Pulau Sawah. Demikian halnya untuk bentuk yang rumit seperti pada genta atau pelita dengan lekuk-lekuk yang halus dengan menggunakan teknik pembuatan benda logam memakai cetakan lost wax atau bivalve, yang hanya bisa dicapai jika campuran logamnya dalam kondisi cair yang sempurna saat dituang ke cetakan, sehingga memungkinkannya masuk ke bagian-bagian yang rumit. Jadi, dominasi unsur timah putih pada artefak-artefak perunggu dari Biara Bara dan situs Pulau Sawah disebabkan oleh pertimbangan teknis dan estetis. Masih terkait dengan aspek teknis pembuatan benda-benda perunggu, hasil penelitian Haryono terhadap artefak-artefak perunggu dari Pulau Jawa menunjukkan bahwa logam paduan Jawa Kuna terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn; sehingga perunggu Jawa Kuna tergolong dalam ternary alloy, yaitu logam perunggu yang penyusun utamanya terdiri dari tiga unsur Haryono, 1993 b237. Hasil selanjutnya adalah, artefak-artefak perunggu Jawa Kuna diproduksi tanpa dilandasi konsep astadhatu maupun pancaloha, yang merupakan konsep pembuatan benda-benda perunggu di India Haryono, 1993236-237. Hal demikian berarti kemampuan para pandai logam Jawa Kuna dalam memprosuksi benda-benda perunggu -bahkan untuk objek sakral- tidak berpatokan pada kitab-kitab acuan teknologi logam dari India, meskipun dari jenis/morfologinya menunjukkan pengaruh unsur kebudayaan India Haryono, 1993237. Tidak berbeda dari logam perunggu dari Jawa yang digolongkan sebagai perunggu ternary alloy, yang unsur dominannya terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn, artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara pada dasarnya juga disusun dari tiga unsur utama, sehingga dapat digolongkan juga sebagai perunggu ternary alloy. Namun, tidak seperti perunggu dari Pulau Jawa yang unsur penyusunnya terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn, artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara unsur utama penyusunnya dapat dibedakan menjadi tiga yakni Berkala Arkeologi Edisi 2012 161 1. perunggu ternary alloy yang terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan timbal Pb,12 2. perunggu ternary alloy yang terdiri dari tembaga Cu, timah putih Sn, dan perak Ag.13 3. perkecualian adalah sampel artefak no. 12 yakni fragmen gelang dari Situs Bukit Jimbun, Rao Pasaman, Sumatera Barat yang tiga unsur utamanya serupa dengan artefak-artefak perunggu dari Pulau jawa yang disusun dari tiga unsur utama yakni tembaga Cu, timah putih Sn, dan seng Zn. Mengacu pada hasil analisis XRF di atas, tampak bahwa tidak satupun benda perunggu dari Sumatera bagian utara yang unsur-unsur penyusunnya sama dengan konsep tradisional India tentang unsur-unsur penyusun perunggu yang dapat dibedakan menjadi dua tradisi besar yang berasal dari India utara astadhatu dan India selatan pancaloha. Walaupun, terdapat 2 benda perunggu yang unsur-unsurnya terdiri dari 5 unsur yakni arca Vairocana dari Padang Lawas dan fragmen pelita dari Biara Bara. Namun, keduanya tidak memiliki sejumlah unsur yang seharusnya dimiliki suatu benda perunggu sebagaimana konsep pancaloha. Ketiadaan unsur emas, perak, dan kuningan -sebagaimana seharusnya ada dalam perunggu pancaloha- pada kedua benda perunggu dari Padang Lawas tersebut menunjukkan bahwa para pandai logam memiliki patokan tersendiri dalam membuatnya. Demikian halnya dengan konsep astadhatu yang berasal dari India utara, juga bukan asal kemampuan para pandai logam pembuat benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara, sebab tidak terdapat 3 unsur yakni emas, kuningan, dan air raksa, yang seharusnya ada jika para pandai logam pembuat benda-benda perunggu dari Sumatera bagian utara memang mengadopsi konsep astadhatu dimaksud. Artinya, para pandai logam setempat telah memiliki kemampuan mencampurkan sejumlah logam berbeda dalam menghasilkan benda-benda perunggu, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan India ke Sumatera. Jelas kemampuan mencampur logam-logam tertentu sehingga menjadi perunggu merupakan teknik yang sudah mentradisi jauh sebelum masuknya pengaruh India ke Sumatera. Bukti tertulis yang berasal dari Gunung Tua memperkuat pandangan bahwa artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibuat oleh para pandai logam pribumi. Pertulisan dimaksud berangka tahun 946 Çaka 1024 M yang memuat tentang pembuatan arca Bhatara Lokanatha oleh seorang pandai logam bernama Suryya. Prasasti ini dipahatkan pada lapik arca Lokanātha, beraksara Pasca Pallawa serta menggunakan dua bahasa yakni Melayu Kuna dan Sanskerta. Berikut teks prasasti tersebut Setianingsih dkk, 200311-12 Swasti çaka warsātita 946 caitramāsa, tithi tritiya sukla, çekrawara, tatkala juru pandai Suryya barbuat bhatāra Lokanātha, imanikuçala mūlā ni sarvva satva sādhāranikr selamat tahun Çaka 946, bulan caitra, hari ketiga masa bulan terang, hari Jum’at, ketika itu juru pandai –yang bernama- Suryya membuat –arca- Bhatara Lokanātha, dari semua pekerja yang baik dari segala pembuatan, harapan saya untuk semua kebijaksanaan yang tinggi dan lengkap Penyebutan nama tokoh Suryya yang didahului oleh atribut personanya yakni juru pandai, jelas adalah frasa khas austronesia terkait bidang kerja atau profesinya sebagai pembuat benda logam. Apalagi nama tokoh itu kemudian diikuti satu kata kerja barbuat, yang sekali lagi menunjukkan latar belakang keaustronesiaannya. Teks itu dapat dipahami sebagai semacam iklan yang dimaksudkan pertama sebagai unjuk eksistensi si pembuat arca, kedua sebagai sarana untuk memperkenalkan kemampuan atau keterampilan sang pandai dalam membuat suatu objek sakral yang terikat pada kaidah-12 Lihat sampel no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, dan 10 13 Lihat sampel no. 5, 9, dan 11 162 Berkala Arkeologi Edisi 2012 kaidah konseptual tertentu. Hal ini dapat diartikan bahwa Suryya bukanlah sembarang pandai logam, dia tidak saja memiliki kemampuan teknis dalam menghasilkan benda-benda logam, namun lebih jauh –seolah- dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga –setidaknya- mengetahui konsep-konsep religi yang melandasi pembuatan arca sebagai benda sakral. Selain alasan yang sifatnya teknis, perbedaan unsur penyerta atau unsur lain penyusun antara artefak perunggu dari Jawa dibanding artefak perungu Sumatera, mungkin berkaitan dengan ketersediaan atau asal bahan baku penyusun artefak-artefak perunggu tersebut. Sumatera dan pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya seperti Pulau Bangka dan Pulau Belitung sejak lama dikenal sebagai pulau dengan deposit timah yang berlimpah. Menurut van Bemmelen 1944103 dalam Haryono,1993137 di Indonesia, deposit tembaga dan timah terdapat di Pulau Sumatera. Menurut Bemmelen untuk Pulau Sumatera sumber timah di pulau ini telah dimanfaatkan oleh penduduk pribumi atau orang-orang ―Hindu‖. Demikian pula tembaga diketahui sumbernya ada di Danau Singkarak dan kemungkinan sekali telah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Sementara biji timbal timah hitam dan seng yang terdapat di sekitar Muara Sipongi, di bagian utara Tanjung Berangin, dan Sibenair tampaknya juga telah dimanfaatkan oleh penduduk sekitar, yang didasarkan oleh adanya indikasi aktivitas peleburan. Boomgard 194777-82 dalam Haryono,1993137 juga telah menemukan indikasi adanya bekas-bekas pengerjaan biji logam di daerah Sapat, Muara Labuh di Solok, dan terutama di dekat Sungai Pantuan dan Sungai Bergoto. Di tempat-tempat tersebut ditemukan bekas-bekas terowongan dan sisa-sisa kayu di dalamnya. Meskipun data yang diungkap oleh kedua pakar tersebut sangat penting dan menunjukkan adanya kegiatan penambangan di masa lalu oleh orang-orang ―Hindu‖, namun sampai sejauh ini belum dilakukan analisis pertanggalan terhadap data dimaksud Haryono,1993137. Selain Pulau Sumatera, sejumlah kawasan di Asia Tenggara telah lama dikenal sebagai daerah yang kaya akan biji tembaga dan timah, termasuk juga seng yang tersebar mulai Thailand di bagian utara hingga ke Pulau Sumatera di bagian selatan. Sedangkan Pulau Jawa, buminya sejauh ini diketahui sedikit atau bahkan tidak memiliki kandungan timah dan tembaga. Oleh sebab itu para pandai logam pada masa Jawa Kuna, kemungkinan besar mendapatkan bahan baku untuk pembuatan benda-benda logam dari kontak dagang dengan para pendatang dari luar Pulau Jawa Haryono,1993138. Di samping faktor teknis-estetis dan ketersediaan atau asal bahan baku, hasil kajian Haryono 1993 b198-235 menunjukkan bahwa pemilihan jenis logam tertentu juga terkait dengan aspek simbolik-religius. Hal tersebut ditemukan pada pelapisan bagian mata, urna, dan bibir pada arca bimetalik. Makna aspek simbolik itu, sedikit banyak merupakan hasil penyesuaian terhadap konsep dalam sumber-sumber tertulis India. Penggunaan logam perak untuk tokoh,14 yang diletakkan di lapik berbahan perunggu membuktikan bahwa dalam beberapa hal, pertimbangan-pertimbangan simbolik-religius ternyata diikuti oleh para pandai logam Jawa Kuna Haryono, 1993238. Agak berbeda dibanding sampel dari Jawa, pemenuhan konsep terkait warna sosok dewa yang diarcakan dari Sumatera bagian utara, dibentuk dengan cara memasukkan unsur dominan tertentu untuk menghasilkan warna perunggu sesuai konsep yang melatarbelakanginya. Perunggu yang material penyusun utamanya timah putih Sn akan menghasilkan benda perunggu yang berwarna putih. Sementara jika material penyusun dominannya berupa tembaga Cu, maka perunggu yang dihasilkan akan berwarna cokelat kemerahan merah hati. Penerapan pemaduan unsur logam dominan tertentu 14 Beberapa contoh dalam hal ini antara lain adalah Avalokitesvara yang dalam naskah Nispanayogavali salah satu cirinya adalah warnanya putih, oleh karena itu sang pandai memilih perak sebagai unsur dominannya. Contoh lain adalah arca Avalokitesvara di Museum Nasional no. 509 yang dibuat dari bahan perunggu namun seluruh permukaannya dilapisi perak Berkala Arkeologi Edisi 2012 163 untuk menghasilkan warna yang dikehendaki terlihat pada arca Arapacana dan Padmapani dari Padang Lawas. Dalam konsep ikonografi Buddha tokoh Arapacana dan Padmapani digambarkan berwarna Sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas arca Arapacana dan Padmapani disusun dari beberapa jenis logam dengan unsur dominan adalah timah putih Sn yang mencapai lebih dari 60 %. Jelas dalam hal ini pemilihan bahan timah putih oleh sang pandai pembuat kedua arca tersebut Arapacana dan Padmapani adalah suatu kesengajaan agar arca yang dibentuknya berwarna putih, sehingga sesuai dengan konsep religi yang melatarbelakangi tokoh yang dibuatnya tersebut. Alasan serupa juga melatarbelakangi pemilihan tembaga sebagai unsur dominan penyusun arca Gaṇēśa atau Gaṇapati, baik yang berasal dari situs Pulau Sawah Sumatera Barat maupun dari Pulau Jawa. Beberapa pemerian sosok Gaṇapati menggambarkan salah satu ciri utamanya adalah berwarna merah, seperti pada sosok Bāla-Gaṇapati yang warnanya digambarkan bagaikan matahari terbit, demikian halnya Taruṇa-Gaṇapati warnanya adalah merah, representasi lain dari Gaṇapati yang berwarna merah adalah Vira-Vighnēśa, Uchchhishṭa-Gaṇapati, Mahā-Gaṇapati, Prasanna-Gaṇapati, dan Vighnarāja-Gaṇapati Rao, 1971 52-58. 16 Artinya, pemilihan bahan tembaga oleh sang pandai pembuat kedua arca Gaṇēśa tersebut adalah suatu kesengajaan agar arca yang dibentuknya berwarna kemerahan, sebagai suatu bentuk pemenuhan konsep religi yang melatarbelakangi tokoh yang dibuatnya tersebut. PENUTUP Persamaan antara benda-benda perunggu Sumatera bagian utara dengan objek sejenis dari Pulau Jawa tampak pada unsur dominan penyusunnya yang terdiri dari tembaga Cu dan timah putih Sn. Pada dasarnya artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara maupun dari Pulau Jawa adalah perunggu yang disusun dari tiga unsur utama sehingga perunggu dari kedua tempat tersebut dapat disebut sebagai perunggu ternary alloy. Dari seluruh sampel benda perunggu Sumatera bagian utara dan Pulau Jawa yang berjumlah empatpuluh tujuh 47 sampel, tidak satu artefak pun yang unsur penyusunnya serupa dengan konsep pembuatan perunggu dari India, entah pancaloha maupun astadhatu. Artinya, baik para pandai logam Sumatera bagian utara maupun pandai logam Pulau Jawa, kemampuan teknis mereka –dalam mencampur logam hingga menjadi benda perunggu- bukan berasal dari India. Hal ini sekaligus mementahkan pendapat Quaritch Wales yang menyatakan bahwa Sumatera adalah salah satu kawasan yang terakulturasi secara ekstrim seiring masuknya pengaruh kebudayaan India, sehingga berakibat matinya local genius kebudayaan di Sumatera. Objek-objek perunggu dari Sumatera bagian utara setidaknya dapat dijadikan sebagai bukti bahwa para pendukung kebudayaan purba di Pulau Sumatera tidak kehilangan kelocalgeniusan mereka, meski masuk pengaruh budaya dari luar India. Pengaruh kebudayaan India dalam pembuatan objek-objek perunggu tampak pada objek tertentu khususnya arca, terutama dalam hal pemenuhan konsep ikonografisnya. Salah satu unsur dalam ikonografi yang disebutkan dalam naskah-naskah terkait penggambaran sosok dewa adalah warnanya. Guna mewujudkan arca dengan warna tertentu, para pandai logam memilih jenis logam tertentu untuk menghasilkan warna arca yang diinginkan. Seperti arca Avalokiteshvara dari Pulau Jawa yang dibentuk dari perak Ag, sebab dalam konsep religi yang melatarbelakanginya salah satu ciri tokoh ini adalah berwarna putih. Demikian halnya dengan arca Arapacana dan Padmapani dari Padang Lawas, yang dalam konsep religinya, digambarkan berwarna putih, oleh karena itu pandai logam yang membuatnya memasukkan timah putih Sn sebagai unsur dominan untuk 15 Lebih lanjut atribut Arapacana lihat pada tabel atribut dewa-dewa Buddha dalam Gupte, 1972128; untuk atribut Padmapani Avalokitesvara, lihat pada tabel atribut dewa-dewa Buddha dalam Gupte, 1972124 16 Lebih lanjut atribut Gaṇapati lihat Rao, 1971 35-67 164 Berkala Arkeologi Edisi 2012 menghasilkan benda perunggu yang berwarna putih. Maupun arca Gaṇēśa atau Gaṇapati yang dalam konsep religinya, digambarkan berwarna merah, oleh karena itu pandai logam yang membuatnya memasukkan tembaga Cu sebagai unsur dominan untuk menghasilkan benda perunggu yang berwarna merah. Selain sejumlah persamaan tersebut, sejumlah perbedaan tampak antara artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Perbedaan itu terutama pada unsur penyusun dominan dan penyertanya. Benda-benda perunggu dari Pulau Jawa sebagian besar unsur dominannya adalah tembaga Cu, hanya sebagian kecil yang lain unsur dominannya adalah timah putih Sn. Sementara objek-objek perunggu dari Sumatera bagian utara yang mengandung timah putih Sn jumlahnya berimbang dengan yang unsur dominannya tembaga Cu. Perbedaan lain yang mengemuka adalah beragamnya unsur logam penyerta dalam artefak-artefak perunggu dari Sumatera bagian utara dibanding objek sejenis dari Pulau Jawa. Unsur logam penyerta impurities dalam artefak-artefak dari Sumatera bagian utara yang tidak dimiliki oleh objek sejenis dari Pulau Jawa adalah antimon Sb dan perak Ag. Sebaliknya hampir semua artefak perunggu dari Pulau Jawa mengandung seng Zn, namun hanya satu artefak dari Sumatera bagian utara yang mengandung seng Zn. Perbedaan itu muncul mungkin terkait dengan ketersediaan atau asal bahan baku penyusun artefak-artefak perunggu tersebut. KEPUSTAKAAN Brandes, 1889. ―Een Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849‖ dalam TBG XXXII. Hlm1-52 Boomgard, L., 1947. ―Oude Mijnwerken op Sumatra’s Westkunst‖ dalam Geologi van Mijnbouw 9 5. Hlm 77-82 Haryono, Timbul, 1985. ―Analisis Elemental Benda-benda Perunggu Situs Gunung Wingko Evaluasi Metalurgi‖ dalam REHPA II. Jakarta Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ______________, 1993 a. ―Aspek-aspek Simbolik Dalam Teknik Arkeometalurgi Masa Klasik Jawa Kuna‖ dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 341—346 ______________, 1993 b. Aspek-aspek Teknik dan Simbolik Artefak-artefak Perunggu Jawa Kuno Abad VIII – X. Yogyakarta Disertasi Universitas Gadjah Mada Nastiti, Titi Surti, 1993. ―Pandai Logam Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Kuno‖ dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm 269—278 Pollard, Mark, 2007. Analytical Chemistry in Archaeology. New York Cambridge University Press Rao, T. A. Gopinatha, 1971. Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkk., 2003. Berita Penelitian Arkeologi no. 10 Prasasti dan Bentuk Pertulisan Lain di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Medan. Medan Balai Arkeologi Medan Berkala Arkeologi Edisi 2012 165 Sivaramurti, C., 1981. South Indian Bronzes. New Delhi Lalit Kala Akademi Triwurjani, Rr., 1993. ―Hubungan Antara Bahan, Bentuk dan Fungsi Artefak Perunggu di Indonesia‖ dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan van Bemmelen, 1944. Economic Geology Vol. II. The Hague Martinus Nijhoff 166 Berkala Arkeologi Edisi 2012 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this introductory manual that explains the basic concepts of chemistry behind scientific analytical techniques and that reviews their application to archaeology. It explains key terminology, outlines the procedures to be followed in order to produce good data, and describes the function of the basic instrumentation required to carry out those procedures. The manual contains chapters on the basic chemistry and physics necessary to understand the techniques used in analytical chemistry, with more detailed chapters on Atomic Absorption, Inductively Coupled Plasma Emission Spectroscopy, Neutron Activation Analysis, X-ray Flourescence, Electron Microscopy, Infra-red and Raman Spectroscopy, and Mass Spectrometry. Each chapter describes the operation of the instruments, some hints on the practicalities, and a review of the application of the technique to archaeology, including some case studies. With guides to further reading on the topic, it is an essential tool for practitioners, researchers and advanced students alike. © Mark Pollard, Catherine Batt, Benjamin Stern, and Suzanne M. M. Young Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849‖ dalam TBG XXXIIJ L A BrandesBrandes, 1889. -Een Jayapatra of Acte van Eene Rechterlijke Uitspraak van Saka 849‖ dalam TBG XXXII. Hlm1-52Oude Mijnwerken op Sumatra's Westkunst‖ dalam Geologi van MijnbouwL BoomgardBoomgard, L., 1947. -Oude Mijnwerken op Sumatra's Westkunst‖ dalam Geologi van Mijnbouw 9 5. Hlm 77-82Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkkT A RaoGopinathaRao, T. A. Gopinatha, 1971. Hindu Iconography. Delhi Indological Book House Setianingsih, Rita Margaretha, dkk., 2003. Berita Penelitian Arkeologi no. 10 Prasasti dan Bentuk Pertulisan Lain di Wilayah Kerja Balai Arkeologi Medan. Medan Balai Arkeologi MedanC SivaramurtiSivaramurti, C., 1981. South Indian Bronzes. New Delhi Lalit Kala Akademi Triwurjani, Rr., 1993. -Hubungan Antara Bahan, Bentuk dan Fungsi Artefak Perunggu di Indonesia‖ dalam Analisis Hasil Penelitian Arkeologi IV Metalurgi Dalam Arkeologi. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan van Bemmelen, 1944. Economic Geology Vol. II. The Hague Martinus Nijhoff
Sekalipunbegitu, sebagian logam mulia (misalnya emas) dapat dilarutkan dalam akua regia, yaitu campuran pekat dari asam nitrat dan asam klorida. Semua logam mulia merupakan anggota dari logam transisi. Logam mulia biasa digunakan sebagai perhiasan dan mata uang (emas, perak), bahan tahan karat (stainless) seperti lapisan perak, ataupun katalis
Logam yang telah ditemukan sejak tahun lalu ini merupakan salah satu elemen paling penting bagi manusia karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau dahulu, tepatnya tahun sebelum masehi, penggunaan tembaga masih berkutat sebagai bahan campuran perunggu. Maka, sejak Michale Faraday menemukan gelombang elektromagnetik dengan menggunakan kawat tembaga pada 1831, penggunaan komponen ini makin meluas. Saat ini, tembaga bisa digunakan untuk alat elektronik, pembangkit listrik dan transmisi otomotif, hingga alat-alat antimikroba. Mineral ini bisa menjadi bagian dari peralatan tersebut karena punya beberapa sifat, yakni baik untuk konduktor penghantar listrik, bagus untuk campuran logam dan bisa didaur ulang. Berikut adalah fakta yang menjadi bukti bahwa tembaga sangat dekat dengan kehidupan kita. Dari 28 juta ton tembaga di dunia dipakai untuk jaringan listrik 45%, elektronik dan perkakas 25,5%, konstruksi bangunan 29%, transportasi 12,5%, dan lainnya 10%. Kereta Cepat Di kereta cepat terdapat kilogram kg komponen tembaga yang ada di jaringan kabel, rel kereta, dan mesin kereta cepat. Mobil Dalam satu mobil ada 22,7 kg komponen tembaga. Dari jumlah itu, 80% digunakan untuk sistem kelistrikan, sementara sisanya ada pada komponen mesin, sistem pengereman, dan bearing. Jaringan listrik Sebanyak 75% tembaga di dunia digunakan sebagai kawat penghantar listrik pada kabel. Kereta Bawah Tanah dan Bus Sementara itu, pada kereta bawah tanah dan bus rata-rata ada kg tembaga dalam sistem kelistrikannya. Peralatan Rumah Tangga Khusus untuk peralatan rumah tangga dan elekronik dalam rumah, komponen tembaga bisa ditemui dalam mesin cuci piring dan lemari es 2,26 kg, AC 23,6 kg, pemanas ruangan 27,7 kg, desktop PC 2,26 kg, laptop 700 gram, dan bahkan iPhone 16 gram. Pesawat Dari total bobot pesawat, sebanyak kg atau 2% berasal dari tembaga. Rumah Dalam sebuah rumah rata-rata ada 199,1 kg komponen tembaga. Terdiri dari kabel kelistrikan 88,4 kg, jaringan pipa air 79,4 kg, peralatan rumah tangga dan elektronik 31,3 kg. Peran besar tembaga terjadi pula pada industri renewable energy energi terbarukan. Lagi-lagi sifat tembaga yang kondusif dan bisa didaur ulang adalah alasan utama penggunaannya sebagai komponen infrastruktur renewable energy. Berikut adalah fakta-fakta tembaga dalam jalinan infrastruktur renewable energy. Dibutuhkan 3,6 ton tembaga untuk menghasilkan 1 mega watt MW listrik dari tenaga angin. Tembaga dibutuhkan pada komponen atau alat untuk menggerakkan turbin dengan memanfaatkan kincir angin. Untuk mendapatkan 1 MW listrik dari sinar matahari dibutuhkan 3,6 ton tembaga. Logam ini diperlukan karena merupakan komponen dari photovolic cells, bagian dari solar panel. Pada mobil berteknologi hybrid electric, terdapat 38,5 kg komponen tembaga yang membuatnya bisa berjalan. Sedangkan pada mobil listrik tercatat ada 83 kg komponen tembaga. Pada pembangkit listrik tenaga air PLTA setiap 1 MW listrik yang dihasilkan membutuhkan 0,3–4 ton tembaga. Mineral ini digunakan sebagai komponen motor penggerak turbin dan pompa hydro yang ada di bendungan. Bukan hanya punya nilai jual yang tinggi, emas juga punya andil yang besar bagi kehidupan kita. Ini sebab, pemanfaatannya dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia. Peralatan Medis Tambalan gigi berlubang, alat pacu jantung dan ring jantung adalah contoh peralatan medis yang menggunakan komponen emas. Sifat emas yang anti karat tak mudah larut dan tidak menimbulkan reaksi alergi adalah alasan utama kenapa logam ini digunakan sebagai komponen peralatan medis. Elektronik Selain menjadi konduktor yang ideal, logam mineral ini antikarat pula. Makanya banyak produsen elektronik menggunakan emas sebagai komponen penunjang kelistrikan produknya meski dalam skala kecil. GPS dan Satelit Untuk GPS, emas diperlukan karena sifatnya yang kondusif dan antikarat. Sementara itu, buat satelit selain kedua hal tadi, alasan lain pemakaian emas karena logam ini tahan terhadap radiasi sinar matahari. Luar Angkasa Sifat emas yang tahan terhadap panas dan radiasi sinar matahari telah membuat logam ini menjadi komponen penting dalam misi manusia menjelajahi luar angkasa. Itulah sebabnya, helm astronot dan pakaiannya, hingga komponen pesawat ruang angkasa mengandung emas. Back to Top Pertanyaannya kini, bagaimana bisa kedua logam mineral itu punya peranan besar bagi kehidupan manusia? Emasmurni memiliki kadar 24 karat, sedangkan emas yang sudah dicampur dengan logam tembaga memiliki kadar 22 karat, 20 karat, atau 18 karat. Semakin sedikit kadar emas yang dimiliki, semakin banyak kandungan tembaga di dalam emas tersebut. Kadangkala dalam campuran emas dan tembaga masih dicampur lagi dengan perak.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk SUASA Logam campuran emas dan tembaga NEKARA Logam campuran emas dengan tembaga TEMBAGA Jenis Logam LOGAM ... perak, tembaga, aluminium, nikel; metal; - adi logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam seperti emas, perak, dan platina; logam mulia; -... KUNINGAN Campuran tembaga dan seng PERUNGGU Logam campuran tembaga dan timah putih DOBLE Tembaga berlapis emas MAS Logam Muia AURUM Emas MULIA Logam ... emas ANTIMONIUM Sejenis logam campuran; Stibium ALOI Campuran dua jenis logam atau lebih; lakur PANCALOGAM Campuran lima macam logam atau batu PLATINUM Emas putih logam berwarna putih keabu abuan SOBOK Campuran dua macam logam yang sama banyaknya BERTUANG Dicetak dari logam yang dicairkan emas ~; MEDALI Tanda penghargaan dibuat dari logam emas, perak, perunggu ALKIMIA Ilmu yang bertujuan mengubah logam biasa menjadi emas MUNDAM Jambang atau bokor besar dari logam tembaga dsb PLATINA Emas Putih FILSUF Batu legendaris yang bisa mengubah logam biasa menjadi emas AMALGAM Campuran dari dua atau beberapa logam yang salah satunya adalah merkuri MANGANIN Kim paduan logam yang terdiri atas 70%-85% tembaga, 15%-25% mangan, 4% TIMAH Jenis logam SADUR Lapis logam yang tipis pada logam lain; sepuh emas, perak, dan sebagainya
Sama seperti emas, banyak digunakan sebagai perhiasan karena kilau warnanya dan ketahanannya terhadap karat - Memiliki konduktifitas listrik dan panas sangat bagus 3. Perunggu - Bukan merupakan unsur, namun merupakan alloy (campuran) dari tembaga (Cu) dan Timah (Sn) - Umumnya tersusun dari 80-90% tembaga dan 5-20% timah

NilaiJawabanSoal/Petunjuk SUASA Logam campuran emas dengan tembaga NEKARA Logam campuran emas dengan tembaga TEMBAGA Jenis Logam LOGAM ... perak, tembaga, aluminium, nikel; metal; - adi logam yang tidak dapat bersenyawa dengan zat asam seperti emas, perak, dan platina; logam mulia; -... KUNINGAN Campuran tembaga dan seng PERUNGGU Logam campuran tembaga dan timah putih DOBLE Tembaga berlapis emas MAS Logam Muia AURUM Emas MULIA Logam ... emas ANTIMONIUM Sejenis logam campuran; Stibium ALOI Campuran dua jenis logam atau lebih; lakur PANCALOGAM Campuran lima macam logam atau batu PLATINUM Emas putih logam berwarna putih keabu abuan SOBOK Campuran dua macam logam yang sama banyaknya BERTUANG Dicetak dari logam yang dicairkan emas ~; MEDALI Tanda penghargaan dibuat dari logam emas, perak, perunggu ALKIMIA Ilmu yang bertujuan mengubah logam biasa menjadi emas MUNDAM Jambang atau bokor besar dari logam tembaga dsb PLATINA Emas Putih FILSUF Batu legendaris yang bisa mengubah logam biasa menjadi emas AMALGAM Campuran dari dua atau beberapa logam yang salah satunya adalah merkuri MANGANIN Kim paduan logam yang terdiri atas 70%-85% tembaga, 15%-25% mangan, 4% TIMAH Jenis logam SADUR Lapis logam yang tipis pada logam lain; sepuh emas, perak, dan sebagainya

Referensiartikel Logam Campuran Emas Dan Tembaga terbaru dan terlengkap. blog tentang harga emas terbaru 2018 memberikan informasi seputar Logam Campuran Emas Dan Tembaga, harga emas antam, harga emas per karat dalam rupiah, harga emas berbagai jenis, perhiasan emas, Logam Campuran Emas Dan Tembaga di poh kong, harga emas 1 gram, Logam Campuran Emas Dan Tembaga hari ini.
Sebelum berinvestasi emas, sebaiknya kamu mengetahui tentang jenis-jenis emas. Selain bisa dibedakan antara emas batangan dan emas perhiasan, emas juga bisa dilihat dari kandungan atau campurannya. Campuran emas dengan logam lainnya inilah yang kemudian membuat warna emas menjadi berbeda-beda. Jika emas murni berwarna kuning, saat ini ada beberapa warna emas lain yang lebih cocok untuk dipakai sebagai perhiasan. Pencampuran emas dengan logam lain dilakukan karena emas memiliki sifat unik. Semakin tinggi kemurnian emas, maka semakin lunak logamnya. Untuk menjadikan emas perhiasan lebih tahan lama, maka emas dicampurkan dengan logam lain. Ukuran kemurnian emas itulah yang disebut dengan karat. Karat menunjukkan tingkat keaslian emas atau jumlah kandungan kemurnian emas. Kadar 24 karat dinyatakan sebagai emas murni. Jadi emas dengan kadar 12 karat berarti tingkat kemurniannya 212/24 X 100% atau sekitar 50%. Jika kamu memiliki emas 12 karat seberat 10 gram, maka kandungan emas murninya 12/24 x 10 gram sama dengan 5 gram. Emas murni memiliki karat sebesar 24, sedangkan emas campuran bervariasi mulai dari 23 karat hingga terendah 6 karat. Sebagai aset investasi, emas akan memiliki nilai lebih tinggi jika tingkat kemurniannya lebih besar. Sedangkan untuk emas perhiasan, harga produknya akan memperhitungkan dua hal, harga kandungan emas dan logam campuran ditambah dengan biaya pembuatan dan nilai seni dari produk itu sendiri. Pencampuran emas dengan logam lain itulah yang menyebabkan emas memiliki warna yang bermacam-macam. Jika warna kuning emas tercipta dari campuran emas murni dan perak murni dalam perbandingan tertentu, maka warna emas yang lain sangat tergantung dari campuran logam yang dipakai. Inilah warna-warna tersebut. 1. Emas putih Emas putih Foto Shutterstock Emas putih menjadi salah satu warna emas yang paling familiar dibandingkan warna yang lain. Untuk mendapatkan warna putih, maka emas murni dicampurkan dengan perak, timah, atau nikel. Dari pencampuran itu akan tercipta warna putih keperakan. Baca juga Enak Mana? Investasi Reksa Dana di BukaReksa atau Emas di BukaEmas 2. Emas abu-abu Emas abu-abu Sumber foto UBS Jika emas putih dihasilkan dari campuran emas murni dengan perak, timah, atau nikel, maka emas abu-abu dihasilkan dari campuran emas murni, tembaga, dan besi. Walau warnanya hampir sama, namun emas putih lebih mengkilap dan emas abu-abu tidak. Baca juga Tips Berinvestasi Emas via Pegadaian 3. Emas merah muda Emas merah muda Foto Shutterstock Pencampuran emas murni dengan tembaga akan mendapatkan warna emas merah muda atau sering disebut rosegold. Warnanya yang unik dan menarik, membuat perhiasan emas warna merah muda banyak diminati kaum perempuan sehingga harga cukup mahal. Baca juga Intip Kerugian saat Berinvestasi Emas via Kredit 4. Emas biru Ilustrasi emas biru Foto Shutterstock Seperti emas hijau, emas biru terbuat hanya dari dua campuran logam yaitu besi murni dengan emas murni. Baca juga Simak Keuntungan Membeli Emas dengan Cara Mencicil 5. Emas hijau Ilustrasi emas hijau Foto Shutterstock Emas hijau dihasilkan dari pencampuran emas murni 24 karat dengan perak murni, kadmium, dan tembaga. Baca juga Memahami 3 Jenis Investasi Emas 6. Emas ungu Ilustrasi emas ungu Foto Shutterstock Untuk membuat emas ungu dibutuhkan emas murni dan aluminium. Campuran ini akan menghasilkan warna ungu keemasan yang cantik sehingga produk olahan ini selalu dicari oleh masyarakat. Baca juga Yuk, Kenali Risiko Berinvestasi Emas 7. Emas cokelat Ilustrasi emas coklat Sumber foto UBS Coklat emas berasal dari campuran emas murni, paladium, dan perak murni. Baca juga Milenial, Cermati Hal Ini Sebelum Berinvestasi Emas di Pegadaian 8. Emas jingga Ilustrasi Sumber foto Orori Warna jingga pada emas tercipta dari campuran emas murni, perak murni, dan tembaga. Jika kemudian kamu ingin agar emas kamu berwarna lebih jingga, maka kamu harus menambahkan tembaga atau mengurangi komposisi perak murni. Jika kamu berniat menggunakan emas sebagai alat investasi, maka sebaiknya menyimpan emas batangan. Sebab untuk jangka panjang, kenaikan nilai emas batangan akan lebih tinggi dibandindingkan emas perhiasan. Apalagi tidak semua toko emas mau membeli emas warna-warni, kecuali emas putih dan kuning. Campuranlogam ini biasanya mengandung 92.5% perak, dengan sisanya tembaga atau logam lainnya. Perak juga merupakan unsur penting dalam fotografi, dimana sekitar 30% konsumsi industri perak digunakan untuk bidang ini. Perak juga digunakan sebagai campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium.
Perungguberasal dari campuran tembaga sebagai komponen utama (sekitar 88%) dengan timah, aluminium, dan silikon. Sedangkan kuningan berasal dari campuran antara tembaga (61-68%) dan seng (32-39%). Kuningan merupakan bahan logam standar untuk membuat banyak produk seperti jam atau barang lain yang berwarna seperti emas.
Kamuperlu tahu, warna emas dihasilkan dari pencampuran emas murni dengan logam lainnya seperti perak, tembaga, kadmium, timah, atau nikel. Pencampuran emas dengan logam lain dilakukan dilakukan karena emas adalah logam yang memiliki sifat unik. Mengapa unik? Sebab semakin tinggi atau semakin murni emas, maka akan semakin lunak logam tersebut.

Bacajuga: Ilmuwan China Berhasil Ubah Tembaga Jadi Emas Berharga. Manfaat tembaga. Penggunaan tembaga dalam kehidupan sehari-hari maupun industri sangat banyak. Bahkan, tembaga adalah salah satu logam yang sering dicampur untuk menciptakan logam campuran dan digunakan dalam berbagai hal. 1. Konstruksi bangunan

Tambahkankeanggunan dan kecanggihan pada lemari pakaian Anda dengan rangkaian cantik paduan tembaga pakaian dari Alibaba.com. paduan tembaga pakaian menarik ini dengan harga diskon tinggi. 1 Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning seperti emas kuning seperti pada gambar dan keras bila tidak murni. 2) Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat. 3) Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak. MYPlaceLogam Campuran Tembaga Hitam Berlapis Krom Emas Merah Muda di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli MYPlace Logam Campuran Tembaga Hitam Berlapis Krom Emas Merah Muda di MALYNA STORE.

Tembaga depan 20 persen seng menghasilkan kuningan yang warnanya hampir seperti emas. Sebelum seng dikenal sebagai logam, kuningan dibuat memanaskan tembaga dalam campuran bijih seng giling dan batubara. Hasilnya, sejumlah seng yang terbentuk di sekeliling tembaga melarut secara kimiawi, dikenal sebagai sementasi," jelasnya.

Bahanmetal alloy atau campuran logam yang banyak digunakan sebagai material dalam industri. Logam yang banyak banyak digunakan dalam industri biasanya merupakan campuran dari dua logam atau lebih yang memiliki sifat unik untuk menghasilkan bahan tertentu Perhiasan yang mencampurkan emas dan tembaga; Bubuk mesiu yang menjadi salah satu Emasberwarna dihasilkan dengan mencampurkan emas kuning 24 karat dengan logam lainnya seperti tembaga, perak, seng, dan nikel. Persentase logam lainnya itu menghasilkan nuansa emas yang berbeda. 1. Rose gold Rose gold, atau dikenal juga dengan emas merah muda, memiliki warna yang sangat halus dan lembut yang kian matang seiring usia.
  • Խጋոчирե ሚиχիскፗнуփ глየсуμ
    • Еπи уζ ктሌψоչуնቷ
    • Уζа ጱщ
    • ቆօվетиվቿթ оቦሯ ժу ռубኾጱեֆуφα
  • Багиպևб ушиյикиቸθх υካևնωбυ
Sedangkankuningan merupakan logam yang tercipta dari campuran seng dan tembaga, dan campuran yang ada akan memiliki berbagai sifat serta varian warna tergantung dari pencampurannya! Pencampuran yang ada juga akan mempengaruhi bagaimana elastisitas dari kuningan Anda. Tampilannya yang menyerupai emas membuat logam kuningan menjadi bahan
Kebanyakanperhiasan emas dengan kualitas yang bagus, dibuat dari emas 22K. Dengan kadar 22K, emas terlihat kuning mengkilat. Seberapa mengkilat warna kuningnya, tergantung 2K atau 8.4% campuran logam lainnya, dicampur dengan perak atau tembaga. Perhiasan emas yang dicampur dengan tembaga, mempunyai warna kuning yang agak kemerahan. Sering kali 578Sc.